Survey KPAI 2020 menunjukkan hasil yang cukup mencengangkan. Hasil survey itu menunjukkan bahwa 7 dari 10 bunda melakukan kekerasan secara emosional kepada anak, dan 6 dari 10 bunda melakukan kekerasan secara fisik kepada anak.
Hal inilah yang menyentak kesadaran Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga DPD PKS Kota Tegal untuk menyelenggarakan kelas parenting yang bertajuk Literasi Emosi.
Data ini menjadi kalimat pembuka Kartika Dwi Hapsari dalam sesi kelas kajian literasi emosi yang diselenggarakan di DPD PKS Kota Tegal. Kegiatan ini pun mendapatkan respon yang cukup baik di kalangan ibu-ibu. Kelas perdana dibuka pada 8 Juni 2022 yang diikuti sekitar 70 peserta. Karena peminat kajian ini yang membludak, kelas yang sama pun kembali dibuka pada 15 Juni 2022 dengan tema yang sama, dan dihadiri 54 peserta.
Ketua BPKK DPD PKS Kota Tegal Fajriati Nur Hidayah mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk meningkakan kemampuan literasi emosi di kalangan orangtua. Ia berharap melalui kegiatan ini para orangtua semakin bisa memahami emosi dirinya dan bisa mengelola emosi atau perasaannya dengan tepat baik kepada dirinya, maupun keluarganya. Dengan begitu, keluarga akan menjadi semakin kokoh.

Sementara itu Kartika Dwi Hapsari menjelaskan ada lima dimensi leiterasi emosi. Kelima dimensi itu diantaranya adalah kemampuan mengenal perasaan, mengasah hati dengan empati, menangangi dan memperbaiki kerusakan emosi, mengelola ekspresi emosi dan mengintegrasikan empat dimensi sebelumnya. “Perasaan itu
perlu diekspresikan. Emosi itu perlu diungkapkan. Jangan dipendam. Dan kita perlu mengalirkan perasaan itu dengan tepat dan tidak salah sasaran. Kesalahan mengalirkan emosi ini bisa berdampak fatal baik bagi diri maupun keluarga,” jelasnya.
Ia menjelaskan bahwa cara seorang anak dalam mengekspresikan emosinya mencontoh kedua orangtuanya. “Menyimpan dendam di dalam hati itu seperti membawa kotoran, makin lama aromanya semakin tidak membuat nyaman. Tapi sebalinya memaafkan kesalahan orang lain sebelum ia memaafkan termasuk yang dicontohkan oleh Rasulullah,” jelasnya.
Kartika menjelaskan bahwa literasi emosi in tidak hanya penting dipahami oleh para ibu, tapi para ayah yang merupakan qawam dalam keluarga pun perlu memahami literasi emosi sehingga bisa terjadi sinergi dalam mendidik dan menumbuhkan keluarga. Ia berharap ke depan, kajian ini juga bisa diikuti oleh para ayah di Kota Tegal.[]




